Cari Data

Toga Tambunan: Menggedor-Gedor Kejujuran Akal Sehat dan Hati Sanubari

Taman Api, Menggedor-Gedor
Kejujuran Akal Sehat dan Hati Sanubari

Fantasi Yonathan Rahardjo yang dokter hewan dalam novelnya Taman Api menyilau kita terperangah karena perilaku keji komplotan dr. Sahrul mencungkil paksa zakar dan bijinya dari waria yang jadi korban razia kelaliman, kemudian sewenang-wenang merombaknya menjadi vagina dan lagipula melengketkan paksa chips pelacak elektronik dengan operasi ilegal.

Muatan tematik dalam novel Taman Api mengusung masalah terkait masyarakat Indonesia dewasa ini, dan fakta-fakta tergelar meskipun merupakan rangkaian fantasi pengarang menyusun kisahnya, sekaligus berupa tamsil sejarah sebenar-benarnya terjadi dan dialami masyarakat Indonesia; teror sara, pengusiran paksa penduduk atau petani dari miliknya yang sah berstatus tanah ulayat adat, penggusuran pedagang ataupun pemukim lingkungan dari areal yang tanggungan restribusi atau PBB dibayar lunas, represi penguasa terhadap pemuda atau mahasiswa yang menggugat ketidakadilan, perilaku penegak hukum berkoalisi dengan preman memeras penduduk pembayar pajak, tawuran antar pelajar yang diatur provokator, antar suku bertikai diadu demi kepentingan rezim berkuasa yang disetir pemodal–hitam asing maupun domestik, korupsi dan suap merajalela menyengsarakan masyarakat, legislasi dan regulasi demi modal asing dan beragam kekerasan atau ketidakadilan lainnya mencekik leher masyarakat. Mafia hukum, mafia pajak, mafia legeslasi, mafia peradilan, mafia regulasi dan mafia lainnya memang disajikan lewat media massa namun secara kasus demi kasus saling terpisah, yang katanya akan diperangi.

Perkara itu sesungguhnya sindikat konspirasi mafia humanika (dr. Ranto dengan kliniknya, Patrick pengusaha asing, oknum satuan polisi pamongpraja, oknum polisi dan juga yang abai tugas bernama Lazuardi) yang secara terbuka maupun senyap merekayasa kasus berkelindan dengan kasus lain, menyengsarakan masyarakat.

Melalui novel ini Tari, MedRep Priyatna yang adalah Yanti dan para waria lainnya, menggedor-gedor kesadaraan akal sehat dan sanubari pembaca yang jujur obyektif terhadap kondisi kongkrit yaitu kezaliman luar biasa yang dilakukan oleh kekuatan yang sedang leluasa berkuasa terhadap kaum termarjinalkan (Riris cs), meskipun kaum itu sejatinya berhak serta merdeka memiliki wujud dan kehidupan naturalnya yang sejatinya berhak bebas wajar berkembang.

Taman Api menggedor-gedor pembaca menyimak kekuasaan yang memerintah Indonesia dewasa ini yang berjanji akan memerangi kasus-kasus tersebut tetapi ternyata semata-mata hanya sebagai gincu bibir, rekayasa pembohongan publik, sandiwara bertujuan menyembunyikan praktek konspirasi mafia humanika, kejahatan kemanusian terhadap publik untuk segala faset kehidupan masyarakat.

Taman Api menggedor-gedor kejujuran akal sehat dan hati sanubari publik pembaca, mungkinkah rezim berkuasa dan negara tidak berperan bahkan tidak tahu-menahu sindikat konspirasi mafia humanika itu? Bukankah logis pendapat yang menyatakan kekuatan dan sistim peradaban imperialisme, yakni negara demokrasi pasar liberal dengan operatornya para komprador yang sedang berkuasa itulah sumber terjadinya dan mengendalikan segala rekayasa humanika crime tersebut, yang sewajarnya dituntut bertanggungjawab.

Taman Api menggedor menggugat publik untuk bangkit bersama-sama membebaskan diri dari cekikan kuasa dan sistim yang julig itu, dengan solusi alternatif mendirikan demokrasi yang benar-benar pro rakyat, yaitu yang dikenalkan dengan tawaran sebutan: demokrasi patriotik.

Toga Tambunan
Penyair, Salah Seorang Pendiri Paguyuban Kebudayaan Rakyat Indonesia (PAKRI)

No comments: