Cari Data

Ana Winarni: Konflik Multidimensi, Tidak Hanya Sekedar Waria

Drh Ana Winarni tinggal di Jakarta. Sebagai kolega dari Drh Yonathan Rahardjo, ia mengenal tulisan-tulisan Yonathan tentang kesehatan hewan dan peternakan di Majalah Infovet di mana Yonathan pernah menjadi manajer. Ia mendukung Yonathan dalam penulisan novel hingga terbit novel kedua "Taman Api" setelah novel pertama yang berkisah tentang dokter hewan "Lanang". 
Tentang novel "Taman Api" ini ia bersaksi, "Saya sudah baca Novel Taman Api. Ehhmm..., menarik. Tidak hanya sekedar waria..., tapi lebih kepada konflik multidimensi. Kalau orang awam yang baca, mereka juga akan mendapatkan informasi ilmiah seputar AIDS/HIV dan dunia medis."
Penuturan Drh Ana ini disampaikan kepada Drh Yonathan dalam chatting FB mereka. Namun komentar Drh Ana belum berhenti. Masih ada kelanjutannya. "Hanya saja kalo dari sudut pandang novel..., seperti belum ada akhirnya..., no the end.... Jadi masih ada tanda tanya. Bagus..., seperti cerita film luar," akunya. (tamanapi.blogspot.com)

Soffa Ihsan: Tarik Ulur dentang debar Thriller, God'Spy, Sisik Medik, Futuristik, Galang Gulung Waria

Soffa Ihsan
Penulis

Lewat novel ini, kita makin dicelikkan up and down kisah galang gulung waria di negeri ini. Ada thriller, ada god’s spy yang bergemeretak hendak menujah keberadaan waria, sidik medik dan juga futuristik. Dengan alur tarik-ulur yang dentang debar, rasanya penulis berhasil memanggungkan teater kompleksitas rumpun “kelamin ketiga” ini.

Sumber: Endorsement Novel "Taman Api"

Dede Oetomo: Fiksi suatu dunia kehidupan yang sayangnya dalam kenyataannya pun masih penuh kekerasan dan diskriminasi

Dr Dédé Oetomo ditemui pertama kali oleh Yonathan Rahardjo pada saat Ubud Writers and Readers Festival pada 2009 di Bali, saat Yonathan menjadi salah satu peserta terpilih oleh panitia dan juga menjadi salah seorang pembicara dua seminar. Dédé Oetomo Ketua Dewan Pengurus GAYa NUSANTARA menjadi salah seorang pembicara pada seminar yang lain UWRF tersebut. Mereka sama-sama hadir pada peluncuran buku Sutasoma karya Cok Sawitri di satu resto, dan terjadilah perkenalan atas fasilitasi Olin Monteiro, aktivis Jurnal Perempuan.
Yonathan mengutarakan rencana penerbitan novelnya yang berbicara tentang dunia waria dan problematikanya termasuk operasi kelamin dan HIV AIDS. Saat itu Dédé Oetomo memberi masukan kepada Yonathan tentang masalah penting terkini di kalangan waria bukanlah pada operasi kelamin tetapi pada problem suntik silikon, banyak yang mengakibatkan penyakit infeksi bahkan kematian, banyak yang dilakukan ilegal, dan terbukti saat ini (2011) masalah ini mencuat tinggi dengan kasus heboh radang payudara Melinda Dee tersangka pembobol 17 M Dana Nasabah Citibank, akibat suntik atau implan silikon.
Yonathan pun menyempurnakan Taman Api dengan muatan tentang suntik silikon ilegal itu jauh sebelum kasus Malinda Dee terangkat ke permukaan. Ketika novel Taman Api hendak diterbitkan oleh Penerbit Pustaka Alvabet, pada awal 2011 melalui FB Yonathan pun mengontak dan minta endorsement Dr Dédé Oetomo terhadap novel ini. Dengan terbuka Dr Dédé pun memberikan endorsement tak lama setelah itu. Endorsement ini termaktub dalam buku novel Taman Api yang terbit Mei 2011.
Pada endorsement itu Ketua Dewan Pengurus GAYa NUSANTARA ini mengatakan, "Dalam novel Taman Api kita yang waria atau kenal atau dekat dengan kawan-kawan waria akan mengenali dalam fiksi suatu dunia kehidupan yang sayangnya dalam kenyataannya pun masih penuh kekerasan dan diskriminasi hanya karena perbedaan ekspresi dan identitas gender. Kita sambut dengan besar hati terbitnya novel ini, yang merupakan satu lagi langkah maju menuju suatu dunia di mana perbedaan tidak akan lagi menjadi dasar kekerasan dan diskriminasi." (tamanapi.blogspot.com)

Merlyn Sopjan: Imaginasi penulis buku ini saya pikir termasuk ajaib.

Merlyn Sopjan
Penulis buku Jangan Lihat Kelaminku dan Perempuan Tanpa V

Imaginasi penulis buku ini saya pikir termasuk ajaib. Ia berbicara banyak hal, menceritakan banyak hal, yang sebenarnya bukan dunianya. Dan roh penulis masuk pada dunia yang tidak diakrabinya setiap hari. Tentang issue silikon, kekerasan pada Waria secara mental, operasi kelamin, sampai issue munculnya orang orang yang kontra dengan Waria dengan dalil agama. Saya harap buku ini menjadi satu dari sekian referensi dari penokohan Waria di beberapa tulisan sejenis. Tetapi mengenai misi misi yang ada pada imagi penulis melalui beberapa tokoh antagonis, semoga tetap menjadi fiksi dan tidak membentuk opini publik dan diamini setelah membacanya. Karena satu pesan yang bisa diambil adalah, tidak ada satu orang pun berhak menghakimi yang lain selain Sang Maha Pencipta.

Sumber: Endorsement Novel "Taman Api"

Anton Kurnia: Sebuah percobaan yang berani dan sangat menarik.

Anton Kurnia
Penulis, Juri Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta 2010

Novel ini mengangkat persoalan yang jarang disentuh dalam sastra Indonesia, yakni tentang dunia waria dan kaum dokter urban dengan segala konfliknya yang dikaitkan dengan fenomena pemaksaan klaim kebenaran oleh satu kelompok dengan menistakan kelompok lain. Sebuah percobaan yang berani dan sangat menarik.

Sumber: Endosement Novel "Taman Api"

Zulkifli Al Humami: Membuat Anda terperangah tiada terkira

Zulkifli Al Humami
Jakarta

Kaum waria mendapat stigma negatif nyaris di semua lingkungan masyarakat. Anggapan sebagai patologi sosial, perusak moral, pencemar kesehatan, dan menyalahi kodrat Tuhan membuat kaum waria terpinggirkan dan terisolasi. Walhasil, kehidupan mereka pun tak banyak diketahui khalayak.

Taman Api menggambarkan sisi-sisi tersembunyi kehidupan waria yang demikian kompleks. Dengan pendekatan kritis, novel ini tak hanya menyuguhkan "abnormalitas" kehidupan waria dari beragam segi, tapi juga menguak praktik-praktik picik dan ilegal yang menempatkan kaum waria sebagai obyek penderita: misi rahasia berkedok agama untuk melenyapkan waria melalui bisnis gelap bedah kelamin berikut segenap teknologi turutannya. Bagaimanakah praktik picik itu berlangsung dan siapakah pihak-pihak yang terlibat di dalamnya?

Dengan gaya penulisan yang khas dipadu pendekatan investigatif dan konspiratif, rahasia-rahasia yang menyembul dari novel ini ihwal sisi-sisi kabur kehidupan waria dengan segudang problematikanya akan membuat Anda terperangah tiada terkira.

Sumber: Sinopsis Novel "Taman Api"

Mansur Ga’ga: Taman Api, Dunia Tragis dalam Novel Fantastis

Mansur Ga’ga, M.A.
Dosen Ilmu-Ilmu Sastra

Baik dari segi muatan maupun konstruksinya, Taman Api adalah ekspresi alam bawah sadar yang tersaji dalam wujud dekonstruksi. Sebuah ekspresi yang resah dengan perkembangan dunia postmodern yang kian hari kian terlipat, sekelumit titik nadir dinamika tragedi dan ironi kemanusiaan. Novel ini bagaikan sebuah lampu sorot yang memandikan cahayanya pada sebuah realitas kehidupan dalam masyarakat. Sebuah realitas yang sesungguhnya intim dengan kehidupan kita namun realitas itu tidak sempat terefleksi dalam hati sebagai suatu yang pekat akan nuansa emosional dan disepakati sebagai fakta kehidupan yang logis.
Dalam novel ini, secara gamlang diungkapkan tentang pembela-pembela agama yang seharusnya berhati lembut dan berpikiran luas justru melakukan kekerasan terhadap sesama manusia hanya karena mereka anggap sebagai jenis manusia yang dilaknat Tuhan (waria). Dengan rasa kemanusiaan yang mendalam, tentulah bukan suatu tindakan yang bijak jika ingin menegakkan kebenaran dengan cara yang salah yaitu dengan melakukan kekerasan dan menyakiti jiwa dan raga mahluk ciptaan Tuhan sendiri. Dengan jiwa yang beprikemanusiaan, tentulah masih ada cara-cara yang lebih diridhoi Tuhan untuk menegakkan kebenaran seperti tindakan-tindak preventif dan persuasif yang berkesinambungan.
Dalam novel juga diungkapkan fragmen tentang Polisi Pamong Praja yang diangkat sebagai aparat pemerintah dari masyarakat setempat guna menjaga keamanan dan ketertiban tetapi justru menjadi algojo pembantai masyarakat sendiri. Pentungan yang dibeli dengan uang rakyat digunakan untuk menghantam masyarakat sendiri. Sungguh sesuatu yang tragis dan ironis. Fenomena terparah adalah para dokter yang seharusnya menjadi sosok mulia pemberi kebahagian jasmani dan rohani pada masyarakat justru menjadi sosok manusia yang berideologi kapitalisme baru (new capitalism). Para dokter melakukan komodifikasi (comodification) terhadap jiwa dan raga manusia berkromosom XXY sehingga menjadi komoditas yang dapat menghasilkan uang. Praktek operasi penggantian kelamin dilakukan meski tanpa prosedur yang tepat. Dalam praktek itu juga digunakan obat-obatan yang berbahaya dan mengancam jiwa pasien. Segalanya dilakukan para dokter demi uang dan kepuasan intelektual atas keberhasilan ilmu kedokteran yang super canggih. Sungguh suatu realitas yang terbalik dan mungkin inilah sebuah analogi terbaik terhadap kasus mall praktek di tanah air yang sering terjadi dan tidak terselesaikan dengan tuntas.
Dalam novel ini, fenomena kehidupan waria yang ingin melakukan rekonstruksi kelamin menjadi pokok persoalannya (subject matter). Sebagai suatu fenomena yang diangkat dalam sebuah karya sastra, tentulah picik jika waria dimaknai secara denotatif maupun konotatif saja tapi lebih kepada waria sebagai simbolisasi terhadap berbagai fenomena universal dalam kehidupan masyarakat. Waria sebagai simbol, dapat dimaknai sebagai fenomena yang tidak hanya merefleksikan dunia tragis dan ironis tetapi juga memperlihatkan kehidupan postmodern yang hiper realis. Sebuah kondisi masyakat yang cenderung lebih menyukai silmulacra. Sebuah gejala dimana masyarakat lebih cendrung memberikan nilai lebih pada hal-hal yang palsu. Dalam novel, hal ini tampak pada prilaku waria yang lebih senang tampil sebagai sosok parempuan daripada laki-laki.
Mereka lebih suka berada dalam kondisi yang tidak murni dan alami. Mereka merias wajahnya menyerupai perempuan termasuk pakaiannya, mengimplankan payudaranya dengan suntik silikon agar lebih montok, melakukan suntik hormon estrogen agar lebih mulus dan gemulai, dan bahkan merekonstruksi penisnya menjadi vagina. Dalam konteks yang lebih luas, perilaku seperti ini tentu bukan hanya dilakukan oleh para waria tetapi wanita dan pria normal pun melakukannya. Sebuah rekonstruksi tubuh yang natural menjadi lebih kultural. Seperti menindik, bertato, menjadi cyborg, dan operasi pelastik.
Selain beberapa hal menarik dalam novel ini sebagaimana dipaparkan di atas, hal yang juga sangat menarik dalam novel ini adalah konstruksinya, khususnya pada naratologinya atau sudut pandang penceritaannya. Dari sisi narasinya, novel ini bukanlah novel yang ditulis dengan cara konvensional tapi lebih pada inkonvensional (tidak biasa). Membaca novel ini seolah-olah pembaca sedang menonton TV sambil memegang remote control dan menggonta-ganti siarannya. Dalam teori posmodernisme, gaya seperti ini dikenal sebagai penceritaan dengan metode filmis. Akan tetapi, novel ini lebih dari sekedar filmis yang menceritakan dengan sudut pandang kamera audio visual karena novel ini mampu mengkristalkan TV ke dalam sebuah novel.
Membaca novel ini, membuat pembaca seolah-olah sedang menonton TV sambil memindah-mindahkan siaran TV-nya secara acak. Kadang penonton berada pada stasiun TV yang sedang menyiarkan siaran langsung mengenai suatu peristiwa penting, tiba-tiba pindah ke siaran pendidikan, lalu pindah ke siaran lain yang menyiarkan bermacam-macam berita. Kadang ada berita tentang waria, berita duka, kabar plus-plus, transgender, wabah penyakit HIV/AIDS, rekonstruksi kelamin, implan payudara, demonstrasi, penyerangan, pengganyangan, pembakaran, kriminalitas, pornografi, pornoaksi, penggusuran, teknologi chip computer, peluang bisnis, prostitusi, razia, narkoba. Kadang ada siaran khusus profile selebritis, konser live, dan pencerahan rohani atau siaran religius. Kadang juga ada sesi wawancara dan debat. Dari berbagai siaran itu, di sela-selanya akan muncul iklan-iklan yang kadang berupa iklan baru, iklan yang berulang, bahkan iklan yang sama tapi telah mengalami sedikit perubahan. Hal ini tampak pada adanya beberapa teks yang sama hadir berulang-ulang pada beberapa halaman. Sungguh suatu novel yang fantastis dan sangat menarik untuk diapresiasi lebih jauh.

Sumber: Prolog Novel "Taman Api"

Heni Nafarin: Seperti Lagi Nonton Film

Heni Nafarin
Bekasi

seru, blm pernah tahu seluk beluk khidupan waria yg sampe sedalam itu.. manusia transgender..sy g berani beropini terlalu bnyak..krn kterbatasn ilmu n pmhamn..namun dlm msg2 ...aturan kyakinan yg qt pegang, pasti ada aturan yg m'batasi..ttg pengubhn ciptaan Allah, ttg sbrp jauh manusia boleh memilih yg ssuai kata hatinya..ada pngabdian/ksetiaan pd Allah yg mngkin tak ssuai kata hati tp hrs qt paksakn..yg pokok qt pegang, silakn manusia memilih jln msg2..tp siap dgn resiko /konsekuensinya..tindakn kkerasn yg tdk manusiawi,mmg perlu dicegah n qt hindari..yg jd pertanyaan sy,mngapa sbgian besar dr waria itu b'profesi pnjaja syahwat..sikap n pakaiannya yg mlebihi wanita asli..atau mmg itulh ekspresi normal mereka yg ingin mnunjukkn pd dunia bhwa mereka bs lbh mnggoda n m'pesona drpd wanita asli.. wah, mmg spt lg nonton film, bila membacanya cermat mrasakn..slmat Jon, tlsanmu "makin hidup"..trs berkarya ya..bnyak lg ide2 kreatif yg mngalir..sumber inspirasimu bnyak'kan..dskitar qt, dr masyrkt pinggir sampe atas..dr khidupan sosial yg beraneka ragam..

Sumber: Jejaring sosial "facebook"
Sumber Foto: Dewi Sri

Anna Rosita: Beberapa Aspek Plot, Prequel dan Sequel

Anna Rosita
Jakarta

:Mas Yonathan, terima kasih atas persembahan novel Mas ini. Dari beberapa aspek plotnya, apa saya bisa berharap bakal ada prekuel atau sequelnya? Prekuelnya mungkin rangkaian cerita bagaimana tokoh Ranto akhirnya menjadi Dokter Ranto; sequelnya mungkin bagaimana kelanjutan program mereka yang sering berkumpul dalam "gedung beratap kerucut berpuncak simbol eksotis"? Hmm saya tunggu novel Mas berikutnya ^_^

Sumber: Jejaring sosial "facebook"

DATA BUKU

PATUT ANDA MILIKI:

NOVEL Ke Dua Karya Penulis Novel LANANG
Pemenang Lomba Novel Dewan Kesenian Jakarta 2006

Judul : TAMAN API
Pengarang : Yonathan Rahardjo
Penerbit: Pustaka Alvabet
Editor : Errena Ike Hendraini
Genre : Novel
Cetakan : I, Mei 2011
Ukuran : 13 x 20 cm
Tebal : 216 hlm
ISBN : 978-602-9193-01-5
Harga : Rp. 42.500,-

=================

Dapat diperoleh di:
* Toko Buku Gramedia
- Jakarta: Mall Pondok Indah, Plaza Bintaro, Kelapa Gading Mall, Plaza Semanggi, Pejaten, Artha Gading, Gandaria, Grand Indonesia, Mall of Indonesia, Matraman, Melawai (Blok M)
- Depok: Margonda
- Bandung: Merdeka, Paris Van Java, Bandung Supermall, Istana Plaza, Bandung Festival
- Tasikmalaya: Gramedia Tasikmalaya
- Cirebon: Gramedia Cirebon
- Semarang: Pandanaran, Java Supermall, Pemuda
- Yogyakarta: Sudirman, Malioboro
- Solo: Slamet Riyadi, Solo Square
Harga: Rp 42.500,-

* Penerbit Pustaka Alvabet, Jl. SMA 14 No. 10 RT/RW. 010/09, Kelurahan Cawang, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur, 13610.
Telp : 021 - 800 6458, Fax : 021 - 800 6458, www.alvabet.co.id

* Toko Dewi Sri, Jl. Raya Plaosan 61 Babat, Lamongan 62271
Telp : 0322 457383, HP : 085852985854
Harga : Rp. 42.500,- + ongkos kirim

=================

SINOPSIS

Kaum waria mendapat stigma negatif nyaris di semua lingkungan masyarakat. Anggapan sebagai patologi sosial, perusak moral, pencemar kesehatan, dan menyalahi kodrat Tuhan membuat kaum waria terpinggirkan dan terisolasi. Walhasil, kehidupan mereka pun tak banyak diketahui khalayak.

Taman Api menggambarkan sisi-sisi tersembunyi kehidupan waria yang demikian kompleks. Dengan pendekatan kritis, novel ini tak hanya menyuguhkan "abnormalitas" kehidupan waria dari beragam segi, tapi juga menguak praktik-praktik picik dan ilegal yang menempatkan kaum waria sebagai obyek penderita: misi rahasia berkedok agama untuk melenyapkan waria melalui bisnis gelap bedah kelamin berikut segenap teknologi turutannya. Bagaimanakah praktik picik itu berlangsung dan siapakah pihak-pihak yang terlibat di dalamnya?

Dengan gaya penulisan yang khas dipadu pendekatan investigatif dan konspiratif, rahasia-rahasia yang menyembul dari novel ini ihwal sisi-sisi kabur kehidupan waria dengan segudang problematikanya akan membuat Anda terperangah tiada terkira.


BIODATA PENULIS

Yonathan Rahardjo, lahir di Bojonegoro, adalah pengarang novel Lanang (2008), salah satu Pemenang Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2006. Ia merupakan satu dari 15 penulis Indonesia yang terpilih mengikuti UWRF (Ubud Writers & Readers Festival) 2009 di Bali. Karya-karyanya yang lain: Avian Influenza: Pencegahan dan Pengendaliannya (2004), Antologi Puisi: Jawaban Kekacauan (2004), Kedaulatan Pangan (2009). Sejak 1983, puisi, cerpen, esai, opini, dan tulisan jurnalistiknya diterbitkan di berbagai buku dan media massa. Dalam buku 100 Tahun Dokter Hewan Indonesia (2010), namanya tercatat sebagai salah satu dari 100 Profil Dokter Hewan Berprestasi. Pada pasal Dokter Hewan Berprestasi di Bidang Lain, nama Drh. Yonathan Rahardjo tercatat setelah nama Drh. Taufiq Ismail (Penyair Angkatan 66), Drh. Asrul Sani (Seniman Pelopor Angkatan 45), dan Drh. Marah Rusli (Pengarang Novel Siti Nurbaya).