Cari Data

Sri Miarti: Tesis S2 Pemikiran Tentang Transgender Pada Novel Taman Api

Tesis S2, Jurusan Pendidikan Bahasa, Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Program Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah Surabaya, 2013, oleh Sri Miarti, dengan judul: Pemikiran Yonathan Rahardjo Tentang Transgender Pada Novel Taman Api

Prima Prasabta: Skripsi S1 ANALISIS UNSUR INTRINSIK NOVEL TAMAN API

/search?q=cache%3AzdV8o2xyQS8J%3Aebook.unsoed.ac.id%2Findex.php%3Fmode%3Ddetail%26id_doc%3D23520&hl=en&strip=0

Judul : ANALISIS UNSUR INTRINSIK NOVEL TAMAN API KARYA YONATHAN RAHARDJO
judul (bahasa inggris) :
Penulis : PRASABTA, PRIMA
Jenis dokumen : skripsi
abstraksi : ANALISIS UNSUR INTRINSIK NOVEL TAMAN API KARYA YONATHAN RAHARDJO
abstraksi (bahasa inggris) :
Penerbit : Fakultas Ilmu Sosial Politik UNSOED
Kota : Purwokerto
Tahun : 2013
Halaman : 77 hal
Kelas : F13.378


Sri Apriwatie: Tesis S2: Integrasi Sosial dalam Novel Taman Api Karya Yonathan Raharjo

ABSTRAK
Apriwatie, Sri. 2013. Integrasi Sosial dalam Novel Taman Api Karya Yonathan Raharjo. Tesis,Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah.Pembimbing:(1)Dr.Sujinah,M.Pd.(2)Dr.H.Abd.Hadi, M.Ag.

Kata-kata Kunci: unsur sosial, integrasi sosial, transgender, Taman Api, Raharjo
Karya sastra diciptakan oleh pengarang sejalan dengan adanya hubungan manusia dan dunia atau masyarakat. Hal ini mengisyaratkan bahwa kehadiran suatu karya sastra memang merupakan hal yang sewajarnya ada dalam kehidupan manusia atau masyarakat. Karya sastra lahir sama fungsinya dengan keberadaan objek peristiwa yang ada dalam dunia atau masyarakat. Dengan demikian bahwa karya sastra adalah bentuk yang konkrit, ia ada dalam dunia dan masyarakat. Banyak masyarakat yang masih menganggap rendah derajat dan memandang sinis serta tidak bersahabat terhadap kaum waria (wanita pria) atau transgender. Pada umumnya kebanyakan masyarakat beralasan bahwa transgender dianggap menyalahi kodrat yang telah digariskan oleh Tuhan. Problematika yang dihadapi oleh tokoh- tokoh dalam novel Taman Api tersebut mencerminkan pandangan pengarang dalam menyikapi realitas yang terjadi di kalangan masyarakat. Demikian pula dalam novel Taman Api karya Yonathan Rahardjo bahwa unsur sosial inilah, unsur yang tidak terlepas dari interaksi manusia di dalam masyarakat, kehidupan bersama dalam masyarakat, dan ikatan-ikatan antarmanusia dalam kehidupan bermasyarakat serta bisa berupa kejadian-kejadian dalam masyarakat, yaitu persekutuan manusia yang selanjutnya berusaha untuk mendatangkan perbaikan dalam kehidupan bersama. Dalam unsur sosial bisa pula berupa struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial, diferensial sosial, stratifikasi sosial, integrasi sosial. Dalam integrasi sosial yang meliputi asimilasi, akulturasi, kerjasama dan akomodasi. Fokus masalah dalam penelitian ini adalah unsur integrasi sosial dalam novel Taman Api karya Yonathan Rahardjo yang meliputi asimilasi, akulturasi, kerja sama, akomodasi. Penelitian kualitatif ini menggunakan metode deskriptif interpretative serta pendekatan mimetik memeroleh hasil sebagai berikut: Isi atau contents sangat erat sekali dengan peristiwa-peristiwa yang disebut sebagai fakta sosial. Dengan menggunakan pendekatan mimetik maka terlihat sekali fakta-fakta sosial sebagai unsur integrasi sosial yang meliputi asimilasi, akulturasi, kerja sama dan akomodasi dalam novel Taman Api ini.

Arfian Jamul Jawaami: Skripsi S1: Anggapan Patologi Sosial Terhadap Waria Dalam Novel Taman Api Karya Yonathan Rahardjo


Judul Skripsi : Anggapan Patologi Sosial Terhadap Waria Dalam Novel Taman Api Karya Yonathan Rahardjo
Penulis Skripsi : Arfian Jamul Jawaami
Fakultas dan Universitas: Ilmu Komunikasi Bidang Kajian Jurnalistik Universitas Islam Bandung
Tahun Penulisan Skripsi : 2013



ABSTRAKSI



Karya sastra merupakan salah satu media untuk menyampaikan pesan beserta pengalaman yang terkandung di dalamnya. Karya sastra merefleksikan ide, gagasan, pandangan, norma serta aktivitas berpola dari manusia dalam masyarakat, dimana mampu merekam kehidupan masyarakat yang kadang gamang.

Sedang waria adalah anggota gender ketiga dimana merupakan konsekuensi yang tidak diharapkan dari adanya perkembangan sosial budaya. Waria dianggap sebagai penyandang patologi sosial karena mereka di pandang berbeda dan berada di luar produk budaya. Produk budaya yang mengatakan bahwa peran dan karakter lelaki haruslah sesuai dengan konsepsi maskulinitas yang berlaku. Anggapan patologi sosial tersebut yang melatarbelakangi stigma negatif, tindak kekerasan, pelecehan bahkan pembunuhan yang dialami waria dalam realitas objektif.

Lantas novel “Taman Api” hadir sebagai bentuk sastra yang mengangkat persoalan perihal kehidupan waria beserta adanya anggapan patologi sosial. “Taman Api” adalah ekspresi yang tersaji dalam wujud dekonstruksi. Sebuah realitas yang sesungguhnya intim dengan kehidupan namun tidak sempat terefleksi dalam hati sebagai suatu yang pekat akan nuansa emosional dan disepakati sebagai fakta logis.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka penulis penelitian melakukan analisa terhadap novel “Taman Api” karya Yonathan Rahardjo mengenai adanya anggapan patologi sosial terhadap kaum waria. Dengan menggunakan metode kualitatif, hasil dari penelitian tidak berdasar angka kuantitatif untuk kemudian ditarik sebuah kesimpulan mati. Subjektifitas yang bertanggung jawab adalah landasan penelitian ini agar mencapai sebuah pemahaman dan hasil temuan yang baik.

Sedangkan untuk metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah subjektifitas analisis wacana kritis dengan menggunakan model dari Teun Van Dijk. Dengan pendekatan ini penulis melakukan penelitian dan analisis berdasar tiga dimensi wacana menurut Teun Van Dijk, yaitu dimensi teks dalam isi novel serta menggali konteks sosial dan kognisi sosial yang terkandung dalam sebuah runutan dan pengalaman teks agar tercapai sebuah kesimpulan yang di harapkan.

Kognisi pengarang novel memperlihatkan kegelisahan atas adanya perlakuan dan sikap tidak adil yang di terima kaum waria di kehidupan masyarakat beserta harapan untuk menghindari hal tersebut. Hal tersebut tertuang tegas pada wacana dalam teks novel “Taman Api” yang merupakan perwujudan kembali dari fakta yang dialami Yonathan Rahardjo untuk kemudian di kemas dalam bentuk fiktif. Teks yang terselip mendukung anggapan yang ada dengan penjelasannya. Sedangkan secara konteks sosial, waria merupakan kaum yang tersudut di berbagai lini kehidupan. Kehadirannya bukan hanya di pandang sebagai kaum minoritas dan fenomena belaka namun juga dianggap sebagai penyakit sosial yang keberadaannya harus di buang baik ditinjau dari aspek kekuasaan maupun akses.

Universitas Islam Negeri Jakarta: Bedah Novel Taman Api

Acara bedah buku "TAMAN API" karya Drh Yonathan Rahardjo diselenggarakan pada 18 Mei 2011 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Ciputat yang terkenal dengan nama UIN Jakarta. Dua pembicara bedah Novel Taman Api di UIN Jakarta ini adalah Soffa Ihsan seorang Penulis dan Ahli Filsafat Hukum Islam dan Toga Tambunan seorang penyair dan salah Seorang Pendiri Paguyuban Kebudayaan Rakyat Indonesia (PAKRI).

Dalam acara dihadiri oleh berbagai kalangan mahasiswa dan masyarakat itu mereka menyampaikan pendapatnya secara langsung terhadap novel karya dokter hewan ini. "Lewat novel ini, kita makin dicelikkan up and down kisah galang gulung waria di negeri ini. Ada thriller, ada god’s spy yang bergemeretak hendak menujah keberadaan waria, sidik medik dan juga futuristik. Dengan alur tarik-ulur yang dentang debar, rasanya penulis berhasil memanggungkan teater kompleksitas rumpun “kelamin ketiga” ini," kata Soffa Ihsan.

Adapun Toga Tambunan berpendapat, ”Taman Api menggedor-gedor pembaca menyimak kekuasaan yang memerintah Indonesia dewasa ini yang berjanji akan memerangi kasus-kasus tersebut tetapi ternyata semata-mata hanya sebagai gincu bibir, rekayasa pembohongan publik, sandiwara bertujuan menyembunyikan praktek konspirasi mafia humanika, kejahatan kemanusian terhadap publik untuk segala faset kehidupan masyarakat. Taman Api menggedor-gedor kejujuran akal sehat dan hati sanubari publik pembaca, mungkinkah rezim berkuasa dan negara tidak berperan bahkan tidak tahu-menahu sindikat konspirasi mafia humanika itu?”