Cari Data

Arif Gumantia: Novel yang bagus ya harusnya seperti ini


Arif Gumantia
Majelis Sastra Madiun

Bedah Novel Taman Api di IKIP PGRI Madiun 24 Desember 2011

Waria itu memang sekarang dipandang sebagai penyakit sosial kebanyakan dari kita tanpa kita mengetahui bahwa dia juga punya hak hidup. Oleh Yonathan hal ini diangkat, ada juga ormas-ormas Islam yang garis keras yang suka menggerebek. Jadi 'waria' itu bisa ke mana-mana. Kalau menurut saya novel yang bagus ya harusnya seperti ini. Memang di sana juga ada penokohan, ada konflik, ada perkembangan karakter, detil, itu memang perlu. Tapi bahwa sebuah simbol yang dijadikan tokoh bisa ke arah mana-mana, bisa ke arah lingkungan, bisa ke politik, bisa ke kebijakan pemerintah, dari situ jadi novel itu berkembang. Pembacapun, yang membaca juga punya sesuatu hal yang nantinya mengisi jiwa.

Menurut Rabindanath Tagore, puisi adalah uluran tangan kita yang mengajak kita bergandengan tangan. Kalau novel, saya menyitir Milan Kundera, novel adalah sintesa dari tokoh-tokohnya yang diciptakan oleh penulisnya. Jadi dari tokoh-tokohnya akhirnya akan melahirkan sebuah pertanyaan-pertanyaan. Jadi kalau menurut Milan Kundera, novel yang bagus selalu membuat pembacanya akan bertanya-tanya, apa, apa yang didapat. Kalau sebuah dunia berisi dengan pertanyaan, berisi dengan kritisme, itu akan baik. Tapi kalau sudah berisi jawaban-jawaban dunia itu akan mati. Hal ini saya sangat setuju. Jadi Saat menampilkan sebuah waria, Yonathan tidak memberikan sebuah kesimpulan, kesimpulannya harus begini-begini, Yonathan tidak demikian. Tapi dari pembaca sendiri akhirnya harus berpikir, berkontemplasi. Kebetulan tokoh yang ditokohkan itu memang menimbulkan sesuatu hal yang dilematis, di situ waria. Jadi saya punya pemikiran waria itu kan, selama ini, kita lihat kan ada ahbencong, ah banci, bahkan banci ini menjadikan makna konotatif, denotatif, bisa macam-macam, saling jalin-menjalin, misalkan saat pemerintah, Presiden tidak berani menindak sebuah ormas yang dia melakukan razia-razia, kita pasti bilangnya Presiden banci. Jadi banci itu adalah sebuah posisi yang negatif, padahal dia juga punya hak hidup. Itu pembacaan saya demikian. Untuk perkembangan tokoh seperti Tari dan segala macam, mohon selanjutnya dibaca. Novel ini sangat rekomendatif sekali buat saya.

Ada unsur investigasi di novel Taman Api, Yonathan mengaku ada riset, ada investigasi, di tempat cangkruknya waria duduk-duduk, selain filmis, membaca seperti melihat film juga ada unsur investigatifnya. Yang menarik di sini Yonathan berani mengambil tema sesuatu hal yang menjadi hal problematis di masyarakat, seperti waria. Kalau novel percintaan, yang laki-laki mati, itu kan sudah biasa, itu novel-novel remaja, chicklit, tapi kalau mau berangkat ke novel sastra arahnya ya harus demikian, sesuatu hal yang memang jadi pertempuran ide di sini. Dan dialog harus terjadi terus-menerus antara pembaca dengan isi novel. Saya berharap Novel Taman Api belum ending, kalau bisa Yonathan harusnya menjadikannya seri, atau mungkin tetralogi seperti karya Pramoedya Ananta Toer, pertama Taman Api, yang ke dua apa. Konteks waria ini menarik sekali, di situ ada semacam kemunafikan, sekarang kita bicara tentang uztadz yang di tivi, kita mesti terbuai, dia dengan simbol-simbol religius tanpa religiusitas, peran dia secara sosial kita tidak tahu. Kalau orang sudah bicara agama, dia berkotbah kita mesti manggut-manggut, o iya pasti benar, pasti benar, tidak ada daya nalar kristis, ini juga di singgung di Taman Api bahwa pandangan-pandangan yang bertumpu pada teks tanpa penafsiran yang beragam itu akhirnya menjadi dogma, akhirnya sistemnya menghakimi, padahal kalau namanya menghakimi itu kan hak kekuasaannya ya pada Tuhan, kita tidak boleh menghakimi siapapun, yang penting dia punya hal seperti ini, punya sifat seperti ini, waria itu, ia punya hak hidup, mari kita pikirkan sama-sama dengan dialog bukan dengan kekerasan. Di novel Taman Api dicontohkan sampai pembakaran, Taman Api sampai dibakar gubuk-gubuknya, sampai ada waria yang meninggal, ini betul-betul dramatis dan itu merupakan problem sosial. Juga ada perdebatan kebijakan pemerintah yang selama ini katanya akan memberikan hak hidup luar bagi waria, ternyata di mana-mana pun masih dicederai dan menimbulkan sindrom yang negatif. Itu pembacaan saya tentang Taman Api.

No comments: