ANALISIS KEPRIBADIAN TOKOH TRANSEKSUAL PADA NOVEL
TAMAN API KARYA YONATHAN
RAHARDJO (SEBUAH TINJAUAN
PSIKOLOGI SASTRA)
Disusun Oleh: SRI UTARI- 13010113120037
FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG ,50257
1. INTISARI
Utari, Sri. 2017. "Analisis Kepribadian Tokoh Transeksual Pada
Novel Taman Api Karya Yonathan Rahardjo: Sebuah Tinjauan Psikologi
Sastra". Skripsi. Program Strata 1 dalam Ilmu Sastra Indonesia. Semarang.
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro. Pembimbing: Laura Andri R.M.,
S.S., M. A., Khothibul Umam, S.S., M. Hum.
Objek material penelitian ini ialah novel Taman Api karya Yonathan
Rahardjo. Taman Api menceritakan sisi-sisi tersembunyi kehidupan waria yang
begitu kompleks terutama fenomena transgender dan transeksual. Penelitian ini
menggunakan metode studi pustaka yang berdasarkan pada teori struktur fiksi dan
teori psikologi sastra khususnya teori individualitas yang dikemukakan Alfred
Adler. Teori struktur fiksi untuk mendeskripsikan unsur pembangun novel
sedangkan teori individualitas digunakan untuk mengetahui perkembangan
kepribadian tokoh transeksual dalam mengubah jati dirinya.
Hasil analisis struktur terhadap novel Taman Api ialah terdapat empat
tokoh yang terdiri dari satu tokoh utama dan tiga tokoh tambahan; terdapat alur
maju serta latar tempat, waktu, dan sosial. Hasil analisis berdasarkan teori
individualitas menunjukkan apabila tokoh Tari yang awalnya merasa inferior
akhirnya berhasil mengkompensasi kekurangannya. Berdasarkan teori
individualitas, tokoh Tari dapat dikatakan sebagai seseorang yang sehat secara
psikologis karena ia dimotivasi oleh perasaan yang tidak lengkap secara wajar
serta tingkat minat sosial yang tinggi. Perkembangan kepribadian tokoh Tari
dapat dilihat melalui perjuangan menjadi superior (strirving for superiority),
presepsi subyektif (subjective perception), kesatuan kepribadian (unity of
personality), minat sosial (social interest), gaya hidup (life style), dan daya
kreatif (creative power of the self).
Kata kunci: novel, psikologi, transeksual, kepribadian,
individualitas.
2. Latar Belakang
Transgender merupakan sebuah identitas manusia yang merasa jiwanya
berbeda dengan jenis kelaminnya. Menurut Yash (2003: 17) pelaku transgender
merupakan individu yang merasa dan berpikir berbeda dari sudut pandang kelamin
yang telah ditetapkan, dan masuk dalam gangguan identitas jenis kelamin. Mereka
yang merasakan ketidaknyamanan dengan gender kelaminnya akan melakukan operasi
pergantian kelamin atau disebut dengan transeksual. Langkah mereka tidak hanya
sampai di situ, setelah melakukan sebuah operasi pergantian kelamin maka
selanjutnya dilakukan sebuah pergantian identitas yang bisa disebut sebagai
transeksual.
Meski peran gender telah ditetapkan oleh sebuah budaya, penyimpangan
identitas gender tetap terjadi. Hal itu terjadi saat individu
mengidentifikasikan jenis gender yang berbeda dengan jenis kelamin mereka saat
ini. Akibatnya muncul perasaan laki-laki atau perempuan pada fisik yang
berbeda, yang membuat dirinya ingin hidup dalam identitas gender yang tidak
sesuai jenis kelaminnya, disebut transgender, Selanjutnya mereka yang melakukan
pergantian kelamindisebut transeksual.
Fenomena transgender dan transeksual yang marak terjadi di kehidupan
nyata melahirkan karya sastra. Redyanto Noor
menerangkan (2010: 5) bahwa karya sastra merupakan bangunan bahasa yang
utuh dan lengkap pada dirinya sendiri, mewujudkan dunia rekaan, mengacu pada
dunia nyata, atau realitas dan dapat dipahami berdasarkan kode norma yang
melekat pada sistem sastra bahasa, sosial, dan budaya tertentu. Salah satu
jenis prosa adalah novel, novel adalah cerita rekaan panjang yang
mengetengahkan tokoh-tokoh dan menampakkan serangkaian peristiwa dan latar
(setting) secara terstruktur.
Salah satu karya sastra yang membahas seputar transgender dan
transeksual adalah novel Taman Api. Taman Api merupakan salah satu novel karya
Yonathan Rahardjo yang diterbitkan pada tahun 2011.Yonathan Rahardjo adalah
seorang pengarang yang lahir di Bojonegoro pada 17 Januari 1969. Penulis
merupakan salah satu sastrawan Indonesia yang memenangkan Sayembara Novel Dewan
Kesenian Jakarta 2006. Kemenangan novelnya, telah memberi warna baru bagi
perkembangan dunia sastra Indonesia. Novel ini mengangkat masalah sosial
terutama yang berhubungan dengan transgender dan transseksual. Taman Api
karya Yonathan Rahardjo menggambarkan
seorang laki-laki mengubah dirinya menjadi perempuan. Kejanggalan perilaku
tersebut belum mendapatkan penerimaan dari masyarakat terkait pertentangan
konstruksi gender. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kepribadian sang
tokoh yang berjuang mengubah jati diri yang diceritakan di dalam novel. Taman
Api menggambarkan sisi-sisi tersembunyi kehidupan waria khususnya tokoh utama
yang demikian kompleks. Kejahatan yang dilakukan oknum-oknum tertentu
benar-benar membawa penderitaan bagi kaum waria.
Taman Api ini dibawakan melalui sudut pandang tokoh utamanya, yaitu
tokoh tanseksual bernama Tari, salah seorang waria yang ingin menjadi wanita
seutuhnya dengan menjalani operasi kelamin. Ia merasa memiliki sifat wanita
namun terjebak pada tubuh pria atau dapat dikatakan ia berada pada jiwa yang
salah. Kehidupannya berbeda dengan waria-waria kelas bawah yang suka menjajakan
diri di pinggir jalan, di sebuah taman. Kehidupan Tari cukup nyaman dan
berkecukupan.
Adanya niatan Tari untuk mengoperasi jenis kelaminnya, justru ia
dipertemukan dengan dua orang waria lain yang pada akhirnya ketiga waria ini
memiliki keterkaitan satu sama lain. Mereka mendapat stigma negatif di kalangan
masyarakat khususnya pemuka agama. Pada
akhirnya, kematian salah satu waria bernama Riris membuat kaum waria marah dan
mengungkap adanya praktik illegal yang dilakukan para dokter secara diam-diam.
Peristiwa yang terjadi membuat Tari dipercaya untuk menjadi ketua perkumpulan
waria guna menegakkan keadilan.
Penelitian ini menggunakan teori struktural dan pendekatan psikologi
sastra. Teori struktural digunakan untuk mengetahui unsur pembangun suatu karya
sastra, dalam hal ini penulis memfokuskan pada pendalaman kepribadiaan tokoh
transgender yaitu Tari. Sementara karya sastra sebagai salah satu media untuk
mengungkapkan perasaan manusia yang berbentuk lisan maupun tulisan. Hidup
manusia tidak terlepas dari perasaan dan jiwa.
Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari manusia dapat dikaitkan dengan
karya sastra karena di dalam karya sastra dapat ditemukan berbagai tingkah laku
dan konflik yang dialami manusia.
Taman Api menarik untuk diteliti karena aspek kejiwaan tokoh utamanya
yang kental. Salah satu syarat pendekatan psikologi bisa dilakukan adalah
apabila karya sastra yang diteliti banyak mengungkapkan aspek kejiwaan manusia.
Kepribadian tokoh Tari sering memunculkan perasaan yang seolah-olah jiwanya
berada pada tubuh yang salah, ia laki-laki namun punya sifat kewanitaan yang
sangat dominan. Tokoh Tari melakukan perjuangan untuk mengubah jati dirinya
hingga dapat diterima di kalangan masyarakat. Hal tersebut membuktikan adanya
fenomena transgender dan transeksual digambarkan dalam Taman Api yang ceritanya
menarik untuk diteliti. Hal menarik lainnya ialah berupa konstruksi pada
naratologinya atau sudut pandang penceritaannya. Novel ini memiliki sisi narasi
yang ditulis dengan cara tidak biasa yaitu dengan model filmis. Sepengatahuan penulis novel Taman Api karya
Yonahan Rahardjo merupakan objek penelitian yang belum pernah dianalisis dengan
teori individualitas yang dikemukakan oleh Alfred Adler. Penulis memilih teori
individualitas Alfred Adler sebagai pisau analisia Taman Api karena teori ini
dirasa paling tepat untuk menganalisis kejiwaan tokoh Tari.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan dikaji dalam
penelitian ini dapat penulis rumuskan sebagai berikut:
Bagaimana tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran, serta latar yang terdapat dalam novel Taman Api karya
Yonathan Rahardjo?
Bagaimana analisis kepribadian tokoh transeksual yang dikaitkan dengan
teori individualitas oleh Afred Adler dalam novel Taman Api karya Yonathan
Rahardjo?
Metode dan Teknik Penelitian
Metode menyangkut cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi
sasaran ilmu yang bersangkutan. Objek material yang digunakaan dalam penelitian
ini adalah novel Taman Api karya Yonathan Rahardjo. Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif. Penulis menggunakan tiga tahap yang berurutan, yakni: tahap
penyediaan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis.
Penelitian ini menggunakan teknik catat dan simak.
Tahap Analisis Data
Penyediaan data dilakukan dengan studi pustaka. (1) Langkah pertama,
penulis menentukan data primer yang akan dijadikan objek penelitian yaitu Taman
Api karya Yonathan Rahardjo; (2) membaca secermat dan seteliti mungkin sumber
data kemudian mencatat hal-hal yang berhubungan dengan objek yang akan
diteliti; (3) mempelajari berbagai literatur sebagai bahan acuan dalam menulis
laporan. Data tersebut didapat dari novel Taman Api, dan dari berbagai sumber
yang memiliki keterkaitan dengan objek penelitian dan dapat dijadikan pendukung
dalam penelitian ini.
Analisis data dilakukan penulis menggunakan metode struktural untuk
menganalisis unsur intrinsiknya, kemudian digunakan pendekatan psikologi sastra
guna mencari data yang berkaitan dengan tokoh utama. Analisis menggunakan teori
kepribadian atau biasa dikenal dengan teori individualitas milik Alfred Adler
untuk membahas perjuangan menjadi superior, persepsi subjektif, kesatuan
kepribadian, minat sosial, gaya hidup, dan daya kreatif tokoh transeksual.
Penyajian data dilakukan dengan metode deskriptif analisis dalam
bentuk deskripsi atau uraian kata-kata yang merupakan hasil dari analisis.
Penyajian dari hasil analisis data ini bersifat deskriptif di mana hasil
analisis disajikan berupa uraian penjelasan novel Taman Api. Hasil analisis
struktural mengungkapkan tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran, serta latar
sebagai langkah awal, kemudian hasil analisis mengungkapkan kepribadian tokoh
transeksual novel Taman Api.
Landasan Teori
1. Teori Struktural Cerita Fiksi
Teori struktur fiksi dalam penelitian ini sangat berguna karena dapat
menjelaskan struktur tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran. Sebuah karya
sastra terdiri atas berbagai unsur pembangun yang masing-masing saling
melengkapi dan tidak dapat berdiri sendiri. Penelitian ini akan memaparkan
unsur-unsur intrinsik pada Taman Api dengan menguraikan unsur fiksi, yaitu
fakta-fakta cerita yang meliputi tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran serta
latar.
a. Tokoh dan Penokohan
1) Tokoh
Tokoh menempati posisi yang sangat penting dalam sebuah karya sastra,
karena tokoh cerita merupakan pembawa pesan dan amanat yang ingin disampaikan
oleh pengarang melalui karyanya. Tokoh-tokoh cerita dalam sebuah fiksi dapat
dibedakan kedalam beberapa jenis penamaan berdasarkan dari sudut mana penamaan
itu dilakukan. Berdasarkan fungsinya tokoh dibedakan menjadi dua, yaitu tokoh
sentral yang mengalami banyak peristiwa dalam cerita dan tokoh bawahan yang
mendukung atau membantu tokoh sentral.
Tokoh menurut Nurgiantoro (2013:177), perbedaan tersebut didasarkan
pada empat faktor, yaitu faktor perbedaan sudut pandang tokoh, perwatakan
tokoh, perkembangan watak tokoh, dan pencerminan terhadap kehidupan.
Berdasarkan sudut pandang tokoh dapat dibedakan menjadi dua, yakni:
Tokoh Utama
Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel
yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik
sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh utama sangat menentukan
alur perkembangan alur secara keseluruhan. Ia selalu hadir sebagai pelaku, atau
yang dikenal kejadian dan konflik penting yang mempengaruhi perkembangan
alur.
Tokoh Tambahan
Tokoh tambahan adalah tokoh yang pemuncualannya dalam keseluruhan cerita
lebih sedikit, tidak dipentingkan, dan kehadirannya hanya jika ada
keterkaitannya dengan tokoh utama, secara langsung ataupun tiding
langsung.
Jones (melalui Nurgiantoro, 2013: 165) mengemukakan bahwa penokohan
adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam
sebuah cerita. Masalah penokohan dalam karya tidak semata-mata hanya
berhubungan dengan pemilihan jenis dan perwatakan tokoh cerita saja, melainkan
juga bagaimana melukiskan kehadiran dan penghadirannya secara tepat sehingga
mampu menciptakan dan mendukung tujuan artistik karya yang bersangkutan.
2) Penokohan
Pada umumnya pengarang memilih cara campuran, mempergunakan teknik
langsung dan tidak langsung dalam sebuah karya. Hal itu dirasa lebih
menguntungkan karena kelemahan masing-masing teknik dapat ditutup dengan teknik
yang lain. Berikut akan dibicarakan kedua teknik tersebut satu persatu.
(Nurgiyantoro, 2013: 194).
a) Teknik Ekspositori
Seperti dikemukakan di atas, dalam teknik ekspositori, yang sering
juga disebut sebagai teknik analitik, pelukisan tokoh cerita dilakukan dengan
memberikan deskripsi, uraian, atau penjelasan secara langsung. Tokoh cerita
hadir dan dihadirkan oleh pengarang ke hadapan pembaca secara tidak
berbelit-belit, melainkan begitu saja dan langsung disertai deskripsi
kediriannya, yang mungkin berupa sikap, sifat, watak, tingkah laku, atau bahkan
juga ciri fisiknya. Bahkan sering dijumpai dalam suatu karya fiksi, belum lagi
kita pembaca akrap berkenalan dengan tokoh-tokoh cerita itu, informasi kedirian
tokoh tersebut justru telah lebih dahulu kita terima secara lengkap. b) Teknik Dramatik
Penampilan tokoh cerita dalam teknik dramatik, artinya mirip dengan
yang ditampilkan pada drama, dilakukan secara tak langsung. Artinya, pengarang
tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku
tokoh. Penampilan tokoh secara dramatik dapat dilakukan dengan sejumlah teknik.
Berbagai teknik yang dimaksud sebagian diantaranya teknik cakapan, teknik
tingkah laku, teknik pikiran dan perasaan, teknik arus kesadaran, dan teknik
pelukisan fisik.
b. Alur dan Pengaluran
Stanton (2007: 26) mengemukakan bahwa alur merupakan rangkaian
peristiwaperistiwa dalam sebuah cerita. Istilah alur merupakan peristiwa yang
terhubung secara kausal saja. Peristiwa kausal merupakan peristiwa yang
menyebabkan atau menjadi dampak dari berbagai peristiwa lain dan tidak dapat
diabaikan karena akan berpengaruh pada keseluruhan karya. Peristiwa kausal
tidak terbatas pada hal-hal fisik saja seperti ujaran atau tindakan, tetapi
juga mencakup perubahan sikap karakter, kiasan-kiasan pandangannya,
keputusan-keputusannya, dan segala yang menjadi variable pengubah dalam
dirinya.
Plot sebuah karya fiksi
merupakan struktur peristiwa-peristiwa, yaitu sebagaimana yang terlihat dalam
pengurutan dan penyajian berbagai peristiwa tersebut untuk mencapai efek
emosional dan efek artistik tertentu (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2013:113).
Alur terdiri dari tiga unsur, yaitu peristiwa, konflik dan klimaks. Plot atau
biasa disebut alur merupakan jalan cerita atau rangkaian beberapa kejadian atau
peristiwa dalam cerita sebuah karya sastra, baik yang terjadi secara berurutan
yang sesuai dengan urutan waktu maupun peristiwa- peristiwa yang sudah terjadi.
Beberapa peristiwa ini dituangkan oleh pengarang dalam sebuah cerita sesuai
dengan urutan waktu kejadiannya atau bahkan dipaparkan secara kilas balik
(flashback) sesuai dengan kebutuhan, sehingga isi cerita menjadi satu kesatuan
yang dapat dimengerti dan menarik bagi pembacanya. c. Latar
Latar adalah unsur fiksi yang berupa tempat, waktu dan suasana dalam
cerita. Menurut Nurgiyantoro (2013:303), latar memberikan pijakan cerita secara
konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada
pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan
terjadi. Unsur-unsur latar meliputi latar tempat, latar waktu, dan latar
sosial.
Latar tempat menyaran pada lokasi tertentu atau lebih sering disebut
latar fisik. Latar fisik dapat ditunjukkan dengan cara yang bremacam-macam,
tergantung kreativitas pengarang. Ada pengarang yang melukiskan secara rinci,
ada pula yang sekedar menunjukkan dalam bagian cerita. Unsur tempat yang
digunakan mungkin berupa tempat dengan nama-nama tertentu, inisial tertentu,
bahkan mungkin lokasi tertentu tanpa nama yang jelas. Penggunaan latar dengan
nama-nama tertentu haruslah mencerminkan keadaan geografis tempat yang
bersangkutan. Sebab, masing-masing tempat memiliki karakteristik tertentu yang
dapat membedakan dengan tempat yang lain. Untuk mendeskripsikan suatu tempat
secara meyakinkan, pengarang harus menguasai situasi gegrafis lokasi yang
bersangkutan lengkap dengan karakteristik dan sifat khasnya. Akan tetapi, tidak
semua latar ditunjukkan dengan teliti dan rinci. Keberhasilan latar tempat
lebih ditentukan oleh ketepatan deskripsi, fungsi, dan keterpaduan dengan unsur
latar yang lain sehingga bersifat saling mengisi (Nurgiyantoro,
2013:227-230).
Latar waktu, latar waktu
berhubungan dengan "kapan" terjadinya peristiwa yang diceritakan
dalam karya fiksi, biasanya dihubungkan dengan waktu yang faktual, waktu yang
ada kaitannya dengan peristiwa masa lalu. Menurut Gennete, masalah waktu dalam
karya fiksi memiliki makna ganda. Di satu pihak, menyaran pada waktu
penceritaan dan atau waktu penulisan cerita, di pihak yang lain merujuk pada
waktu dan urutan waktu yang terjadi dan dikisahkan dalam cerita. Segala sesuatu
yang berhubungan dengan waktu, langsung atau tidak langsung, harus sesuai
dengan sejarah yang menjadi acuannya. Latar waktu harus dikaitkan dengan latar
tempat. Sebab, keadaan suatu tempat yang diceritakan harus mengacu pada waktu
tertentu karena tempat ini akan berubah sejalan dengan perubahan waktu
(Nurgiyantoro, 2013:230-233).
Latar sosial, latar sosial
menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial
masyarakat disuatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara
kehidupan sosial masyarakat tertentu yang mencakup berbagai masalah dalam
lingkup yang cukup kompleks. Latar sosial dapat berupa kebiasaan hidup, cara
berpikir, bersikap, dan lain-lain. Latar sosial dapat menggambarkan suasana
kedaerahan melalui kehidupan sosial masyarakat (Nurgiyantoro, 2013:233-234).
2. Teori Psikologi Sastra
Penelitian psikologi sastra memiliki peranan penting dalam pemahaman
sastra karena adanya beberapa kelebihan seperti : pertama, pentingnya psikologi
sastra untuk mengkaji lebih mendalam aspek perwatakan; kedua, dengan pendekatan
ini dapat memberi umpan-balik kepada peneliti tentang masalah perwatakan yang
dikembangkan; dan terkahir, penelitian semacam ini sangat membantu untuk
menganalisis karya sastra yang kental dengan masalah-masalah psikologis
(Endaswara, 2008:12).
Terkait dengan psikologi, terutama dengan psikologi kepribadian,
sastra menjadi suatu bahan telaah yang menarik karena sastra bukan sekedar
telaah teks yang menjemukan tetapi menjadi bahan kajian yang melibatkan
perwatakan/kepribadian para tokoh rekaan, pengarang karya sastra, dan pembaca.
(Minderop, 2010:3).
a. Teori Individualitas Alfred Adler
Menurut Adler manusia lahir dengan tubuh yang lemah dan inferior,
suatu kondisi yang mengarah pada perasaan inferior sehingga mengakibatkan
ketergantungan pada orang lain. Oleh karena itu, perasaan menyatu dengan orang
lain (minat sosial) sudah menjadi sifat manusia dan merupakan standar akhir
untuk kesehatan psikologis (Feist, 2012: 81).
Manusia merupakan makhluk sosial, mereka menghubungkan dirinya dengan
orang lain, terlibat dalam hubungan-hubungan kemasyarakatan. Adler memandang
bahwa kesadaran merupakan pusat dari kepribadian, setiap manusia memiliki nafsu
atau daya motivasi yang bermain di balik segala bentuk perilaku dan pengalaman
manusia. Daya motivasi atau selanjutnya disebut dorongan ke arah kesempurnaan
(superioritas) merupakan hasrat yang digunakan manusia untuk memenuhi segala
keinginan dan potensi yang ada di dalam diri seseorang. Hasrat tersebut yang
mendorong seseorang untuk semakin dekat dengan apa yang diidealkan (Zaviera,
2016: 45).
Teori psikologi individual Adler yang digunakan meliputi; perjuangan
menjadi superior (striving for success superiority), persepsi subyektif
(subjective perception), kesatuan kepribadian (unity of personality), minat
sosial (social interest), gaya hidup (life style), dan daya kreatif (creative power of the self). Teori tersebut
memiliki hubungan erat untuk mengulas lebih lengkap keadaan psikologi
kepribadian tokoh transgender bernama Tari dalam novel Taman Api karya Yonathan
Rahardjo. Peneliti ingin mengungkap perkembangan kepribadian tokoh transgender
dalam usahanya untuk menjadi wanita seutuhnya sehingga menimbulkan rasa kepercayaan diri yang lebih dalam
dirinya.
Teori Adler dapat dipahami lewat pengertian-pengertian pokok yang
dipergunakannya untuk membahas kepribadian. Adapun pengertian-pengertian pokok
dalam teori Adler dapat dikemukakan seperti berikut:
Perjuangan menjadi superior (Striving for Succes or superiority)
Prinsip pertama dari teori Adlerian adalah kekuatan dinamis di balik perilaku
manusia ialah berjuang untuk meraih keberhasilan atau superioritas. Adler
mereduksi semua motivasi menjadi satu dorongan tunggal, berjuang untuk meraih
keberhasilan atau superioritas. Psikologi individual mengajarkan bahwa setiap
orang memulai hidup dengan kelemahan fisik yang memunculkan perasaan inferior,
perasaan yang memotivasi seseorang untuk berjuang demi meraih superioritas atau
keberhasilan, apa yang ia inginkan dapat terwujud.
Adler berpendapat bahwa perasaan rendah diri (inferiority) bukan
merupakan hal yang abnormal. Dibawah keadaan normal, perasaan rendah diri dapat
merupakan kekuatan penggerak yang sangat besar. Dengan kata lain jika manusia
ditekan oleh keinginan untuk mengatasi rendah diri dengan keinginan menjadi
superior. Usaha tersebut dapat dikatakan kompensasi. Jika seseorang mengalami
gejala gangguan psikis rasa rendah diri, ia akan mengalami kompleks rendah diri
yang kemudian akan menimbulkan over kompensasi sehingga dapat diatasi dengan
kompleks superior.
Persepsi Subjektif (Subjective Perception)
Prinsip Adler yang kedua adalah persepsi subjektif seseorang membentuk
perilaku dan kepribadian mereka. Manusia berjuang meraih keunggulan atau
keberhasilan untuk mengganti perasaan inferior. Akan tetapi, sikap juang mereka
tidak ditentukan oleh kenyataan namun oleh persepsi subjektif mereka akan
kenyataan, yaitu oleh fiksi mereka atau harapan masa depan.
Fiksi kita yang paling penting adalah tujuan meraih superioritas atau
keberhasilan, tujuan yang kita ciptakan di awal kehidupan dan mungkin tidak
dipahami dengan jelas. Tujuan akhir yang fiksional dan subjektif ini menuntun
gaya hidup kita dan menyatukan kepribadian kita. Fiksionalisme atau pandangan
teleologis merupakan perilaku dalam pengertian tujuan atau sasaran akhirnya.
Ini berlawanan dengan kausalitas, yang melihat perilaku sebagai hal yang tumbuh
dari sebab spesifik. Telelogi biasanya memperhatikan tujuan masa depan,
sedangkan kausalitas berhubungan dengan pengalaman masa lalu yang menghasilkan
pengaruh di masa sekarang.
C. Kesatuan Kepribadian (Unity of Personality)
Psikologi individual menekankan pada satu sasaran dan berfungsi untuk
mecapai satu tujuan. Adler mengenali beberapa cara di mana keseluruhan diri
manusia berfungsi dengan kesatuan dan self konsistency. Cara pertama disebutnya
sebagai bahasa organ.
Adler mengemukakan ide tentang inferioritas organ tubuh dan kompensasi
yang berlebihan, bahwa yang menentukan letak gangguan tertentu adalah
inferioritas dasar pada bagian itu, suatu inferioritas yang timbul karena
hereditas maupun karena suatu kelainan dalam perkembangan. Selanjutnya ia
mengamati bahwa orang yang mempunyai organ yang cacat seringkali berusaha
mengkompensasikan kelemahan itu.
Contoh kedua dari kepribadian yang menyatu adalah keserasian antara
tindakan sadar dan tindakan tak sadar. Adler mendefinisikan ketidaksadaran
sebagai bagian dari tujuan yang tidak dirumuskan dengan jelas atau tidak
dipahami secara utuh oleh seseorang.
D. Minat Sosial (Social Interest)
Prinsip Adler yang keempat adalah nilai dari semua aktivitas manusia
harus dilihat dari sudut pandang minat sosial. Minat sosial (social interest)
adalah terjemahan dari bahasa Jerman Gemeinshaftsgefuhl yang artinya perasaan
sosial atau perasaan berkomunitas. Kira-kira maknanya adalah perasaan menjadi satu
dengan umat manusia, menyatakan secara tidak langsung keanggotaan dalam
komunitas sosial di seluruh dunia.
E. Gaya hidup (Life Style )
Prinsip Adler yang kelima adalah struktur kepribadian yang self
concistent berkembang menjadi gaya hidup seseorang. Gaya hidup (style of life)
adalah instilah yang digunakan adler untuk menunjukkan selera hidup seseorang.
Gaya hidup mencakup tujuan seseorang, konsep diri, perasaan terhadap orang
lain, dan sikap terhadap dunia. Gaya hidup adalah hasil interaksi antara
keturunan atau bawaan lahir, lingkungan, dan daya kreatif yang dimiliki
seseorang.
Manusia dengan gaya hidup yang sehat dan bermanfaat secara sosial
menunjukkan minat sosial mereka melalui tindakan. Adler percaya bahwa manusia
dengan gaya hidup yang bermanfaat secara sosial memperlihatkan bentuk
kemanusiaan yang paling tinggi dalam proses evaluasi dan bentuk ini sangat
mungkin memenuhi dunia di masa depan. F. Daya Kreatif (Creative Power of the
Self).
Prinsip terakhir dari teori Adlerian adalah gaya hidup dibentuk oleh
daya kreatif yang ada pada diri manusia. Setiap orang memiliki kebebasan untuk
menciptakan gaya hidupnya sendiri hingga pada akhirnya bertanggung jawab akan
dirinya sendiri dan bagaimana akan mereka berperilaku. Daya kreatif yang mereka
miliki membuat mereka mengendalikan kehidupan mereka sendiri, bertanggung jawab
akan tujuan akhir mereka, menentukan cara yang mereka pakai untuk meraih tujuan
tersebut, dan berperan dalam membentuk minat sosial mereka.
7. Kesimpulan
Novel Taman Api merupakan salah satu novel karya Yonathan Rahardjo
yang membahas mengenai kehidupan transgender dan transeksual. Cerita dalam
novel ini adalah salah satu cara penulis dalam menyampaikan sisi-sisi
tersembunyi kehidupan kaum waria yang mendapat stigma negatif di kalangan
masyarakat. Taman Api menceritakan tokoh transeksual, seorang waria bernama
Tari yang ingin mewujudkan mimpinya untuk mengubah jati diri menjadi wanita
seutuhnya. Ia melakukan berbagai cara demi cita-citanya terwujud.
Hasil dari analisis struktur novel Taman Api terdapat tokoh yang
terbagi dalam satu tokoh utama dan tiga tokoh tambahan. Tokoh utama bernama
Tari merupakan tokoh transeksual yang menjadi pusat penceritaan dan berkembang
dalam perkembangan alur, sedangkan tokoh-tokoh tambahan yang berhubungan dengan
Tari adalah: Dokter Ranto, Priyatna, dan Riris yang menjadi pendukung dalam
cerita.
Novel Taman Api menggunakan teknik penokohan ekspositori dan teknik
dramatik yang dilukiskan melalui teknik cakapan, teknik tingkah laku, teknik
pikiran dan perasaan, teknik arus kesadaran, dan teknik pelukisan fisik. Alur
dari Novel Taman Api memiliki peristiwa-peristiwa yang ditampilkan terkesan
sendirisendiri sebagai satuan episode cerita, sedangkan dari segi pengaluran Novel Taman Api menggunakan alur manju
(progresif), sekalipun pada tahap tertentu peristiwa ditarik ke belakang (untuk
mengenang peristiwa masa lalu) tetapi alur tetap maju (progresif). Terdapat
latar tempat, waktu dan sosial.
Teori psikologi sastra yang digunakan untuk menganalisis novel Taman
Api ialah teori individualitas yang dikemukakan oleh Alfred adler. Berdasarkan
analisis kepribadian, terlihat jika tokoh transeksual bernama Tari memiliki
pokokpokok teori psikologi individu berupa perjuangan menjadi superior
(strirving for superiority), persepsi subjektif (subjective perception),
kesatuan kepribadian (unity of personality), minat sosial (social interest),
gaya hidup (life style), dan daya kreatif
(creative power of the self).
Analisis berdasarkan teori
individualitas menunjukkan bahwa tokoh Tari yang awalnya merasa inferior
akhirnya berhasil mengkompensasi kekurangannya. Terlihat jika tokoh Tari
memiliki daya juang bawaan sejak lahir. Kelemahan pada tubuhnya berupa kelainan
kromosom membuatnya memiliki sifat kewanitaan yang lebih dominan padahal ia
dilahirkan sebagai seorang lelaki. Hal tersebut membuatnya mengkompensasi
kekurangan yang ia miliki dengan dibantu dari dorongan kemasyarakatan.
Berdasarkan teori individualitas, tokoh Tari dapat dikatakan sebagai seseorang
yang sehat secara psikologis karena ia dimotivasi oleh perasaan yang tidak
lengkap secara wajar serta tingkat minat sosial yang tinggi. Tokoh Tari
berjuang untuk meraih keinginannya atau cita-cita mengubah jati diri dengan
menjadi wanita seutuhnya, namun tetap membela kaum waria, sehingga tujuan akhir
yang tokoh Tari dapatkan tampak secara jelas. Keinginan mengubah jati diri
menjadi wanita seutuhnya menghilangkan penyimpangan identitas yang menjadi
perdebatan di masyarakat. Berdasarkan teori tersebut, menunjukkan adanya
perkembangan yang menyeluruh dari potensi Tari secara sosial dan kemampuan
untuk membentuk hubungan yang hangat dan peduli terhadap orang lain.
Pesan yang dapat diambil dari novel ini ialah hendaknya kita tidak
menghakimi manusia lain, dalam hal ini adalah waria. Setiap manusia berhak
menentukan pilihan hidupnya, apapun pilhan mereka hanya Tuhan yang berhak untuk
menghakimi. Novel ini juga menunjukkan apabila waria masih mendapat perlakuan
yang tidak adil, sementara bangsa Indonesia memiliki landasan hukum yang di
dalamnya menyampaikan bahwa setiap manusia berhak mendapatkan keadilan. Novel
Taman Api menyuguhkan kepada pembaca mengenai kehidupan waria yang selama ini
dianggap sebelah mata dan mendapat stigma negatif dari masyarakat. Jarang yang
mengisahkan bagaimana sesungguhnya ketegangan perubahan orientasi seksual dan
ketegangan mengenai perubahan tubuh dan fungsinya. Novel ini menyampaikan
kepada pembaca untuk bengkit bersamasama dan berjuang membebaskan diri dari
sistem pemerintah yang tidak kasat mata, dengan solusi untuk mendirikan
demokrasi yang benar-benar pro rakyat.
DAFTAR PUSTAKA
.
Adler, Alfred. 1956. The Individual Psychology of Alfred Adler. New
York: Harper Perennial.
Endraswara, Suwardi. 2008. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta:
MedPress.
Feist, Gregory Jess. 2012. Theories of Personality (Teori
Kepribadian). Jakarta: Salemba Humanika.
Minderop, Albertine. 2010. Psikologi Sastra. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Noor, Redyanto. 2010. Pengantar Pengkajian Sastra. Semarang: Fasindo.
Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogykarta: Gadjah
Mada Press.
Pradopo, Rachmad Djoko. 2003. Kritik Sastra Indonesia Modern.
Yogyakarta: Gama Media.
Prasabta, Prima. 2013. "Analisis Unsur Intrinsik Novel Taman Api
Karya
Yonathan Rahardjo". Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Jendral
Soedirman Purwokerto.
Rahardjo, Yonathan. 2011. Taman Api. Tangerang: Pustaka Alvabet.
Ratna, Khuta Nyoman. 2011. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian
Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Santrock, J. W. 2007. Life span development (perkembangan masa hidup).
Jakarta: Penerbit Elangga.
Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi Robert Stanton. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Yash. 2003. Transeksual: Sebuah Studi Kasus Perkembangan Transeksual
Perempuan ke Laki- Laki. Semarang: AINI.
Zaimar, Okke K.S. 1990. Menelusuri Makna Ziarah Karya Iwan
Simatupang. Jakarta: Internusa.
Zaviera, Ferdinand. 2016. Teori Kepribadian Sigmund Freud. Yogyakarta:
Ar-ruzz Media.