Setelah novel Lanang, Yonathan Rahardjo kembali melahirkan anak pemikiran kedua, Taman Api. Pada hari Minggu, 10 Juli 2011, novel tersebut dikupas di Perpustakaan Kota Surabaya. Hadir Yonathan Rahardjo dan dua pembahas: Diana AV Sasa (Direktur dbuku Bibliopolis) dan Wina Bojonegoro (Penulis novel The Souls: Moonlight Sonata). Ari Es, bertindak sebagai moderator. Sebelum diskusi, teater Opera Van Perpus—semua pemainnya pegiat literasi—melakonkan lelaki yang memilih hidupnya sebagai waria.
Tepat jam 11:00 wib, masuk acara utama. Wina Bojonegoro menyampaikan kesannya: cover buku menyiratkan cewek macho, banyak unsur medis yang sulit dimengerti pembaca, kurangnya estetika bahasa, banyak hal detail yang seharusnya dibuang saja. Selanjutnya, Diana AV Sasa. Mengingat mayoritas peserta belum baca novel, ia memberi gambaran ringkas di white board.
Ada empat tokoh sentral. Pertama, dokter Ranto. Seorang agamawan, sekaligus dokter yang dianggap melanggar kode etik karena memakai pakaian perempuan. Ia dikeluarkan dari rumah sakit, lalu menjadi dokter spesialis bedah kelamin. Kedua, dokter Shahrul. Seorang dokter spesialis bedah kelamin, sekaligus Ketua Gerakan Persaudaraan, yang visinya memberantas sikap banci di segala bidang. Ketiga, Tari. Seorang yang sejak kecil mengalami sindrom klinefelter, lalu melakukan operasi kelamin perempuan. Ia bekerja di klab malam. Keempat, Priyatna. Seorang sales obat yang gemar mengenakan pakaian perempuan, crossdresser.
Dan tokoh sampiran. Riris, waria korban operasi kelamin, mati karena HIV. Mr. Patrick, Big Boss perusahan medis, sekaligus pelaku jual-beli waria. Reta, pemilik salon, masuk Daftar Pencarian Orang (DPO). Magda, asisten dokter Shahrul. Dokter Hendri, ahli teknologi.
Novel Taman Api menguak kehidupan waria nan kompleks, termasuk praktek ilegal yang menempatkan waria sebagai obyek penderita: misi rahasia berkedok agama untuk melenyapkan waria melalui bisnis gelap bedah kelamin, berikut teknologinya. Dan di negeri imajiner bernama Negeri Tanah Air, Gerakan Persaudaraan membangun konspirasi memberantas sikap banci di segala bidang. Waria kelas atas dipaksa operasi kelamin, lalu dimasukkan chip anti banci. Waria kelas bawah dibantai Satpol PP dan kelompok Jubah Putih. Waria menjadi korban: diperjualbelikan, sekaligus obyek ilegal kedokteran.
Selaku pembaca, Diana AV Sasa menangkap muatan pesan: pendidikan tentang bahaya suntik silikon, medical representatif yakni sistem kerja dunia medis, detail proses operasi kelamin, dan persaingan di dunia farmasi. Dari segi sastra, Lanang dan Taman Api kuat secara tematik dan penuturannya sangat filmis (bak film). Wina Bojonegoro menambahkan, pesan moral buku ini: jangan menghakimi waria dan dunia kedokteran penuh intrik, banyak hal tersembunyi yang tidak terungkap dan diketahui masyarakat awam.
Beberapa pertanyaan mencuat ke permukaan. Kenapa Negeri Tanah Air tidak ditulis Indonesia saja? Apakah novel ini lahir atas pesanan pihak lain? Sejauh mana riset yang dilakukan penulis? Dan di akhir diskusi, Yonathan Rahardjo memberi jawaban. Pertama, persoalan ini ada di seluruh dunia, bukan khas Indonesia, sehingga Negeri Tanah Air interpretasi-nya lebih luas. Kedua, tidak ada pesanan pihak manapun. Ketiga, selain studi literasi, juga mendalami kehidupan waria secara langsung.
Demikianlah. Faktanya, banyak Taman Api di Negeri Tanah Air, termasuk Indonesia.
Sisipan
Saya mendapat ruang bicara. Menyampaikan informasi dasar tentang pengertian, sekaligus perbedaan Heteroseksual, Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender/Transeksual, Interseks, dan Queer. Terutama menjelaskan kebingungan peserta pada istilah Transgender, Transeksual, dan Interseks. Secara khusus, Yonathan Rahardjo mengucapkan terima kasih pada saya karena memperkaya pengetahuan seksualitas. Juga Haes, penulis cerita pewayangan. Menurutnya, apa yang saya jelaskan adalah bahasa zaman kini dari cerita pewayangan bertahun-tahun lampau, seperti tokoh Srikandi dan Bagong.
Plemahan Surabaya, 12.07.2011, 01:36 PM.